Saya ingin menggoreskan kata. Tapi tak tahu apa yang bisa saya goreskan, sebagai cerita. Sebagai pelipur lara. Saat ini, saya hanya berusaha mencari celah masuk dalam sebuah dunia baru, yang dapat menjadikan saya sebagai layaknya seorang manusia, tatkala tak ada lagi manusia yang mau memanusiakan sesamanya. Bahkan si manusia itu sendiri pun tak mau di anggap sebagai manusia.
Pendeknya pemikiran, terkadang membuat saya begitu terlihat menjengkelkan. Bahkan unutk diri saya sendiri. Sebab ilmu yang belum begitu mumpuni. Jika berbicara tentang pengalaman, cukuplah saya bilang, saya adalah salah satu orang yang masuk dalam daftar keberuntungan. Sebab, apa yang saya peroleh lebih di bandingkan dengan apa yang kebanyakan dari mereka. Meski ada kelebihan dan kekurangan tersendiri yang mewarnai setiap manusia.
Oleh sebab kekurangan ilmu itulah, saya mencoba mengerdilkan diri saya untuk menimbanya. Menyerapnya semampu saya. Meski kadang bisikan nafsu dan syetan lebih sering mempengaruhi saya untuk tak melakukan apa yang seharusnya saya lakukan. Bukan itu saja, sesuatu yang datangnya dari luar kerap kali menganggu konsentrasi saya. Mempengaruhi psikis saya untuk tak meneruskan apa yang saat ini telah saya percaya, untuk menghantarkan saya pada perjuangan yang sebenarnya. Saya risih, yang pada akhirnya membuat saya hanya bisa diam saja. Tak mampu mengucap sebaris kata, untuk sekedar bertegur sapa.
Saya memang tipikal orang yang tak mudah mengucap lelucon segar yang bisa membuat tertawa itu menjadi renyah. tak bisa dengan mudah dekat dan terbuka pada orang lai, kecuali orang itu benar-benar telah saya percaya betul. Bagi sebagian orang, saya adalah orang yang membosankan. Itu saya alami ketika saya mencoba untuk
mulai menggabungkan diri dengan baik pada lingkunagn baru. Yang saya harap, dapat membantu saya membuka hati kembali setelah lama tak bersosialisasi dengan sesama dan sebaya. Nyatanya, saya tetap sulit membuka hati saya untuk mereka.
Bukan saya tak bisa, sebenarnya. Tapi karena ada sesuatu yang masih tak beraturan dalam hati saya yang belum bisa dibenahi. Pada waktu dekat. Salah satu factor yang mungkin saat ini menjadi pemicu atas tindak tanduk saya yang tak mencerminkan manusia dewasa. Sehingga saya tak punya inisiatif. Tak punya ketepatan pikir, dan semangat menjalani hari-hari selayaknya seorang muslimah. Sebagai seorang manusia, saya tak kuasa menghadapi kenyataan-kenyataan yang terhampar di depan saya. Kenyataan yang begitu bengis nya memangsa keberanian saya.
Saat ini, tengah ada cahaya yang terpancar dari kejauhan. Memanggil nurani saya untuk mendekat kepadanya. Meski saya telah kehilangan separuh dari kesadaran saya tentang keadaan yang menerpa. Di tengah tatapan mata tak bersahabat menghujani saya kala saya tengah membutuhkan banyak orang untuk menyemangati. Di tengah ranjau-ranjau dunia yang semakin melilit. Di tengah kesendirian yang kasat mata. Saya yakin, akan ada yang membuat saya bergairah setelahnya.
0 komentar:
Posting Komentar